Senin, 28 Maret 2016

Sunan Ampel, Pimpinan Wali Songo Periode Ke-2, Pencetus Istilah Mo-Limo



Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah, setelah pindah ke Jawa Timur dipanggil oleh masyarakat dengan panggilan Sunan Ampel atau Raden Rahmat. lahir pada tahun 1401 Masehi di Champa.
Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya ( kota Wonokromo sekarang).

Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim Asmarakandi yang berasal dari Champa dan pernah menjadi raja di sana. Dan kemudian hijrah ke Gresik Jawa Timur. Sunan Ampel ini mempunyai kakak yaitu Sayyid Muhammad ‘Ali Murtadha.

Hubungan Sunan Ampel dengan para Wali Songo yang lain adalah: 
[Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim], [Sunan Ampel adalah keponakan dari Maulana Ishaq], [Sunan Ampel adalah paman dari Sunan Ngudung], [Sunan Ampel adalah kakek paman dari Sunan Kudus], [Sunan Ampel adalah ayah dari Sunan Bonang], [Sunan Ampel adalah ayah dari Sunan Drajat], [Sunan Ampel adalah sepupu dan mertua Sunan Giri], [Sunan Ampel adalah mertua Sunan Kalijaga], [Sunan Ampel adalah kakek dari Sunan Muria], dan [Sunan Ampel adalah paman sepupu dari Sunan Gunung Jati].

Silsilah Sampai Pada Nabi Muhammad SAW

Silsalahnya adalah Sunan Ampel bin Maulana Malik Ibrahim bin Jamaluddin Akbar Khan bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut) bin Ali Kholi' Qosam bin Alawi Ats-Tsani bin Muhammad Sohibus Saumi'ah bin Alawi Awwal bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra bin Nabi Muhammad Saw.

Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Sayyid Ahmad al-Muhajir, Hadramaut Yaman. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah BaAlawi.

Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443 Masehi, untuk menemui bibinya, Syarifah Dwarawati. Syarifah Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan Raja Majapahit yang saat pernikahan memeluk agama Islam.

Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah.

Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. 

Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Fattah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih madzhab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. 

Beliau yang mengenalkan istilah "Moh Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina."

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 Masehi di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

Artikel Terkait