Selasa, 25 Februari 2014

Siafu, Semut Tentara Yang Berbahaya


semut siafu
Ada gula ada semut, pepatah tersebut menggambarkan bahwa semut hidup berkoloni atau berkelompok. Bicara tentang semut, ada sekelompok semut tentara yang yang terdapat di disebut siafu. Semut ini ketika persediaan makanan untuk koloni mereka menipis, mereka melakukan perjalanan mencari makanan. Mereka meninggalkan bukit tempat mereka tinggal dengan membentuk barisan seperti tentara melakukan konvoi hingga 50 juta semut. 


Kecepatan yang mereka lakukan adalah 20 meter perjam, dan ketika mereka merayapi rumah, bisa menimbulkan resiko yang membahayakan. Sementara bagi orang-orang Maassai justru semut siafu ini dimanfaatkan untuk mengusir hama tanaman seperti tikus, belalang dan lainnya. Karena dalam barisan semut siafu ini tampak kuat dengan penataan yang teratur, dimana semut yang masih lemah, kecil, bercapit kecil, mereka berjalan di tengah-tengah, sementara semut yang bercapit besar dan kuat berada disamping kanan dan kiri mengawal barisan. 

Siafu ini merupakan satu-satunya serangga di Afrika yang dikabarkan benar menyerang dan memakan manusia, karena semut siafu ini tidak pilah-pilih makanan. Walaupun semut siafu tidak bisa melihat (tidak mempunyai mata), namun semut Siafu tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan mangsa di sekitar mereka karena mengandalkan sentuhan, bau dan sinyal kimiawi dari perut semut pimpinan mereka. Mereka juga dikenal untuk menyerang sarang serangga lainnya, tapi tidak pernah menyerang semut siafu lainnya (Bukan Kanibal). 

Mereka tidak mengandalkan sengatan untuk menyerang, melainkan menggunakan rahang besar dan kuat untuk menusuk dan merobek tubuh mangsanya. Semut siafu memiliki pengaruh yang cukup besar pada habitat mereka daripada hewan lain dan mereka harus pindah lokasi secara berkala untuk menemukan tempat makan baru . Selama mengembara, mereka membuat sarang sementara yang disebut 'bivouacs' yang dibuat oleh anggota koloni, tempat mereka berkembang. Setiap kali semut berkerumun atau bermigrasi, mereka membentuk jalan besar untuk pekerja, berbatasan dengan tentara, rahang mereka dilambaikan untuk melindungi koloni ketika bergerak.






Artikel Terkait